Monday 20 December 2010

AKIBAT MAKSA NAIK, " WALAUPUN PENDAKIAN DI TUTUP"

sabtu 25 desember 2010..... pendakian ini insyaALLAH akan di laksanakan, memang untuk pendakian ini tidak banyak persiapan dari segi materi dan peralatan. karena waktu yang mendesak dan memang karena sudah tiga kali pendakian,
insyaALLAH pendakian akan mengambil jalur palutungan terus melintas ke linggar jati, target pendakian adalah, start pendakian tanggal 25 desember 2010 pukul 06.00 wib pulang sampai rumah di bambu apus jakarta timur tanggal 26 desember 2010 pukul 15.00 wib, dikarenakan ada kegiatan yang ga bisa di lewatkan begitu saja, karena itu pernikahan kaka saya.
peserta pendakian sampai saat ini adalah 4 oranga yang memastikan diri, dan 1 orang belum pasti.
berangakat dari jakarta ke kuningan tanggal 24 desember 2010 pukul 19.00 wib.
kisah ini akan saya lanjutkan setelah turun dari pendakian.
ternyata ketika hari h akan berangkat ,, rencana di batalkan di karenakan ada temen wa yang ga bisa, nama nya aroy, dia ga bisa karena pada waktu itu dia harus masuk kerja, jadi pendakian kami undur sampai tanggal 1 januari, jadi pendakian itu pas tahun baru. tapi rencana pendakian ini akan memberangkatkan 5 orang, ternyata hanya 2 orang saja, yaitu hanya saya dan aroy.
ketika sore tanggal 31 desember 2010 saya sudah menyiapkan semua peralatan, karena pendakian kali ini kami akan melakukan pendakian cepat, jadi kami meminimalkan bawaan kami,
setelah selesai kami sholat isya, kami siap - siap berangkat, tidak lupa kami pamit ke orang tua kami masing2. dengan penuh kepercayaan diri akan berhasilnya misi kali ini, kami berangkat dengan semangat.
kami berangakat menuju kekuningan naik bus di terminal kampung rambutan. beruntung ketika kami ingin berangakat naek angkot ke terminal kami bertemu dengan saudara sepupu saya. dia ingin pergi tahu baruan bersama teman-temannya. nah karena mereka naek motor masing - masing, jadi kami numpang sampe terminal kampung rambutan.
dan sesampai di terminal kampung rambutan kami bertemu dengan pendaki lain yang kelihatannya ingin pergi mendaki juga, lalu kami disana berkenalan, dan sempat berbincang-bincang. dan kata mereka pendakian ke gunung ceremai itu masih di tutup. tapi karena saya terlanjur sudah menyiapkan semuanya. walaupun tidak lengkap kami tetap berangkat.
dari terminal kami berangkat jam 10 malam, sampai di ceremai pagi jam 4. kamu langsung menuju palutungan, yaitu pintu menuju pendakian ceremai. sesampai di palutungan kami ternyata salah masuk. itu bukan jalur pendakian tetapi itu tempat bupercam, padahan kami ada disana sampai pagi. dan disana kami dilarang naik ke ceremai oleh polisi hutan, karena memang pendakian ke ceremai sedang di tutup. sebab sedang banyak badai di puncak, dan cuaca yang ga menentu.
tetapi itu tidak menyurutkan lakah ku untuk tetap naik ke puncak, pagi itu pun kami tetap melanjutkan pendakian, dengan meminta ijin ke pada orang polisi hutan, tetapi polisi hutan itu tidak memberikan surat jalan, karena memang untuk hari itu pendakian di tutup, jadi polisi hutan itu tidak bisa mengeluarkan surat jalan, dan dia hanya berpesan bahwa pendakian ini tanpa izin jadi kami harus menanggung semua masalahnya sendiri.
dan dengan langkah berani kami lanjutkan perjalanan, awalnya cukup lancar mungkin karena pendakian melalui jalur palutungan itu tidak terlalu sulit, karena banyak jalan mendatar jadi perjalanan kami lancar-lancar aja.
awal-awal pendakian masih terasa mudah, sejam pertama seperti biasa merupakan awal yang berat untuk menyesuakan tubuh, pagi itu cuaca masih cukup cerah. tapi sejam kemudian ada yang terasa aneh pada suhu lingkungan, angin mulai bertiup dengan kencangnya, awan pun mulai menutupi birunya langit, waktu itu kami tetap melanjutkan pendakian. hampir 2 jam perjalanan kami memutuskan untuk istirahat sebentar, untuk membuat teh dan makan roti, kami cukup lama juga beristirahat, sekitar 15 menit kami beristirahat, setelah menyantap roti, dan minum teh, kami pun bergegas untuk melanjutkan perjalanan karena memang cuacanya sudah tidak mendukung, angin bertiup sangat kencang.
sekitar 15 menit perjalan ternyata kami telah sampai di pos III, ternyata di pos III ini ada sumber air yang berlimpah, seperti yang telah dikatakan POLHUT. memang waktu di beritahu POLHUT saya kurang percaya dan takut kalau tidak melewati Pos III, jadi saya mengambil ini siatif untuk membawa persedian air dari Pos I, memang itu menjadi beban yang sangat berat.
dan setelah kami mengisi ulang air kami di Pos III, kami melanjutkan perjalan kembali. dan perjalan setelah Pos III ini tidak terlalu sulit, tapi ini perjalanan yang sangat panjang dan kami di buru waktu karena cuaca sudah tidak mendukung, dan angin pun makin bertiup dengan kencang, sebenarnya yang menjadi ketakutan dalam diri saya adalah pohon-pohon yang mudah roboh, karena pengalaman saya mendaki keceremai melalui jalur linggar jati pernah ada pohon yang tumbang, dan  kami tetap melanjutkan perjalanan.
dan ternyata hujanpun mulai turun, karena kami tidak ingin kedinginan karena baju basah, lagi pula dalam pendakian ini kami tidak membawa tenda, akan tetapi ketika kami mengenakan jas ujan, dan berjalan beberapa menit ternyata hujannya reda kembali, dan kami pun memutuskan untuk istirahat makan siang dan sholat juhur dan ashar, karen waktu sudah menunjukan pukul 13.00 wib. kami pun membongkar muatan untuk mengeluarkan kompor dan peralatan masak lainnya, di sana kami beristirahat sekitar 1 jam. setelah cukup dalam beristirahat kami pun beranjak untuk melanjutkan pendakian lagi. karena cuaca cukup cerah kami tidak menggunakan jas hujan lagi, karena memang cuaca di gunung ceremai itu cepat sekali berubah.
dalam pendakian di ceremai itu yang paling mengesalkan adalah tipuan melihat seolah-olah puncak telah terlihat, padahal puncak itu masih sangat jauh, setelah lama berjalan ternyata hujan mulai turun lagi dan kali ini ternyata hujan turun dengan sangat lebatnya, dan kali ini sampai-sampai jalur pendakian kami menjadi jalur air, hampir mirip dengan suangai kecil atau selokan.
pendakian kali ini memang terasa cukup berat, terlebih lagi kami jarang melihat pendaki lain karena memang jalur pendakian palitungan sedang di tutup. setelah kami berjalan cukup lama ternyata langit sudah mulai gelap dan memang waktu sudah menunjukan 17.30 WIB.
karena memang untuk sampai di puncak saya rasa masih cukup jauh, jadi aku sedikit memaksakan untuk tetap jalan terus, tetapi memang cuaca makin kurang mendukung, sebenarnya target kami adalah untuk ngecame di gua walet. ternyata saya perkirakan untuk sampai di puncak masih sekitar 2 jam lagi, dan karena langit sudah semakin gelap dan cuaca semakin buruk, jadi saya memutuskan untuk ngecamp, dan karena saya tidak membawa tenda, jadi saya membuat bifak, dan karena peralatan untuk membuat bifak pun sangat kurang, jadi bifak yang saya buat itu ukurannya sangatlah minim.
dengan keadaan bifak yang sangat kecil dan ditambah cuaca buruk, hujan dan angin. istirahat saya malam itu sangat lah berat, setelah bifak jadi kami pun masuk untuk beristirahat, bayangkan bifak yang ukurannya hanya 2.5 x 1.5. itu harus di tempati 2 orang dan ditambah peralatan-peralatan, itu adalah tempat yang tidak mungkin untuk tidur secara nyaman.
malam itu sebelum tidur kami memasak air dan mie instan, dan untuk melupakan rasa dingin yang sangat saya menyetel radio dengan handphone saya, karena hanya sinyal radio yang dapat ditangkap handphone saya. dan sambil mendengarkan radio, ternyata saya tertidur meskipun dengan keadaan yang sangat dingin karena hembusan angin memasuki lubang-lubang bifak yang saya buat seadanya, sakin dinginya kami tidur sambil menyalakan kompor di dalam bifak, untuk melawan udara dingin.itu memang keadaan yang sangat berat dalam sejarah pendakian saya.
setelah malam telah berlalu sekitar jam 4 kami packing semua peralatan kami dan berniat melanjutkan perjalanan kami, walaupun udara masih sangat dingin kami tetap berniat untuk melanjutkan perjalan, karena saya hanya membawa dua stel pakaian, saya tetap menggunakan pakaian saya yang basah, meskipun itu tidak nyaman untuk di gunakan karena sangat dingin.
dengan langkah yang masih kaku karena tidur yang kurang nyaman kami tetap memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan dan cuaca pagi itu tetap belum berubah, ternyata memang benar apa kata POLHUT, bahwa cuaca gunung ceremai sedang tidak bersahabat, tapi mungkin karena tatangan yang besar itu membuat saya semakin bertekat untuk menaklukkannya. dan setelah 30 menit perjalanan ternyata saya telah sampai di gowa walet, padahal semalam saya bertekat untuk istirahat disana.
dan di Pos gowa walet saya istirahat sebentar untuk foto-foto dan ternyata saya melihat tanda memoar orang yang pernah meninggal di sana, kalau di lihat dari tahunnya ia meninggal 3 tahun yang lalu. dan ternyata pemandangan disana sangat indah apalagi setelah matahari yang terlihat dari balik awan-awan woowh SUBHANALLAH, itu adalah kenikmatan yang tiada tara karena semalam kami kedinginan.
dan ketika saya memutuskan untuk melanjutkan perjalan lagi karena cuaca sudah akan memburuk lagi, saya bertemu sekelompok pendaki lain yang hendak turun, dan salah satu dari mereka ada yang berkata kepada saya mungkin dia adalah ketua kelompoknya, karena penampilannya seperti seorang pemimpin pendakian, dia berkata kepada saya " mas mau naik kepuncak ya? sebaiknya jangan mas, saya tadi baru dari puncak, dan pendakian kesana sangat berbahaya, karena lagi badai, saya aja tidak bisa, saya dari WANADRI." sambil berlalu dan hanya menanggapi omongan dia dengan kata " iya mas, makasih ya". saya pun tetap melanjutkan perjalanan karena memang pendakian ini saya akan melintasi gunung ceremai.
dan ternyata memang omongan orang itu benar, cuaca puncak sedang sangat tidak bagus, angin bertiup sangat kencang dan di sertai gerimis air yang terbawa angin, dan sesampainya kami di puncak, ternyata cuaca lebih buruk, untuk saya berdiri di pinggir kawah saja itu sudah tidak mungkin karena hembusan angin yang sangat kencang, dan disana kami istiraha sebentar sambil menyantap roti dan teh yang sudah dingin. dan tidak berlama-lama di puncak karena memang tidak mungkin untuk kami berlama-lama di puncak karena cuaca semakin buruk dan udara pun semakin dingin. saya memutuskan untuk tetap melintasi puncak untuk turun di linggar jati, padahal saya belum tahu jalur untuk melintasi kawah tersebut, berbekal dengan mengetahui puncak jalur linggar jati adalah di seberangnya puncak palutungan yang saya berdiri sekarang ini jadi saya berfikir untuk menyisiri saja bibir kawah sampai di puncak linggar jati.
perjalanan menyisiri bibir kawah gunung ceremai yang pada waktu itu sedanga badai bukan lah perkara yang mudah, itu menjadi perjalan yang sangat sulit karena taruhan nyawa. karena anginya menuju ke arah kawah, sehingga kami menyusuri bibir kawah dengan merangkak karena untuk berdiri merupakan hal yang tidak mungkin. jadi sampai puncak linggar jati kami menapakinya dengan merangkak, beberapa ratus meter kami merangkak kami sempat terhenti karena beberapa meter kedepan agak sulit untuk di lewati sehingga, saya memutuskan untuk melewati jalur lain, karena kondisi yang kurang baik, jarak pandangpun terbatas, kami agak kebingungan dan akhirnya saya melihat seekor burung yang biasa saya lihat ketika saya sedikit bingung mencari jalan, saya kurang paham, ini mungkin agak sedikit berbau mistik, tapi ini kenyataan setiap kali saya agak sedikit kebingungan mencari jalan burung ini selalu ada, dan dia hinggap tepat di jalur yang akan saya lewati, sehingga saya menjadi tau jalur pendakian.
sesampainya di puncak linggar jati kami ga lama-lama lagi untuk berada di sana, karena memang cuaca yang kurang mendukung, lalu kami turun ke pos pangasinan, sekitar 30 menit perjalanan dari puncak, dan di pangasinan kami istirahat sebentar dan membuat makan, dan ga lama langsung kami turun ke linggar jati, biasanya dari pangasinan sampe pos linggar jati itu bisa 6-7 jam tapi karena kami cuma berdua, kami hanya turun selama 4 jam, tapi dengan celana belakang saya menjadi bolong akibat terlalu banyak maen perosotan, karena memang cuaca waktu itu selalu di guyur hujan. sampe di pos linggar jati sekitar jam 4 sore, dan ternyata sesampai di pos linggar jati ternyata pendaki di gunung itu bukan cuma kami, ternyata ada hampir seratus orang dari bekasi yang melakukan pendakian masal dari linggar jati. dan mereka keren di jemput angkot di bawah, karena memang dulu angkot belom bisa naek sampe bumi perkemahan, karena jalanannya masih sangat jelek, dan karena ada yang mengajak bareng naik angkot dengan cuma-cuma, karena memang hanya sekitar 500 m lebih sampe di pos linggar jati, itu pun sudah sangat membantu sekali karena pendakian yang sangat berat yang menyebabkan seluruh badan terasa sangat nyeri, dan sampe di pos linggar jati kami langsung mandi dan mencari makan, karena selama dua hari hanya makan mei saja. dan selesai makan kami langsung mencari bis untuk kembali kejakarta

everest


Radhanath Sikdar, juru ukur dan pakar matematika dari Bengal, merupakan orang pertama yang menyatakan Puncak Everest sebagai puncak tertinggi melalui perhitungan trigonometrik pada 1852. Perhitungan ini dilakukan menggunakan teodolit dari jarak 150 mil jauhnya di India. Sebagian rakyat India percaya bahwa puncak tersebut semestinya dinamakan menurut Sikdar, bukan Everest.

Gunung ini mempunyai ketinggian sekitar 8.850 m; walaupun terdapat variasi dari segi ukuran (baik pemerintah Nepal maupun Cina belum mengesahkan ukuran ini secara resmi, ketinggian Puncak Everest masih dianggap 8.848 m oleh mereka). Gunung Everest pertama kali diukur pada tahun 1856 mempunyai ketinggian 8.839 m, tetapi dinyatakan sebagai 8.840 m (29.002 kaki). Tambahan 0,6 m (2 kaki) menunjukkan bahwa pada masa itu ketinggian yang tepat sebesar 29.000 kaki akan dianggap sebagai perkiraan yang dibulatkan. Perkiraan umum yang digunakan pada saat ini adalah 8.850 m yang diperoleh melalui bacaan Sistem Posisi Global (GPS). Gunung Himalaya masih terus bertambah tinggi akibat pergerakan lempeng tektonik kawasan tersebut.

Gunung Everest adalah gunung yang puncaknya mencapai jarak paling jauh dari paras laut. Dua gunung lain yang kadangkala juga disebut sebagai "gunung tertinggi di dunia" adalah Mauna Loa di Hawaii, yang tertinggi jika diukur dari dasarnya pada dasar tengah laut, tetapi hanya mencapai ketinggian 4.170 m atas paras laut dan Gunung Chimborazo di Ekuador, yang puncaknya 2.150 m lebih tinggi dari pusat bumi dibandingkan Gunung Everest , karena Bumi mengembung di kawasan katulistiwa. Bagaimanapun juga, Chimborazo hanya mencapai ketinggian 6.272 m di atas paras laut, sehingga bahkan bukan merupakan puncak tertinggi di Andes.

Dasar terdalam di lautan lebih dalam dibandingkan ketinggian Everest: Challenger Deep, terletak di Palung Mariana, begitu dalam hingga seandainya gunung Himalaya diletakkan di dalamnya, masih terdapat hampir 1,6 km air menutupinya.

TSS vol 2 sub indo